Sayyid Ja'far Sodiq
Industrialisasi
di pelabagai negara di dunia–tidak terkecuali di Indonesia-merupakan
sebuah transformasi sosial-ekonomi yang
tidak terelakkan. Ia merupakan sebuah proses perubahan di mana masyarakat negara
dunia menerimanya dalam keadaan berbeda, mulai dari proses, kecepatan sampai
pada konskwensi-konskwensinya di negara-negara itu. Indonesia dalam kaitannya
dengan industrialisasi tentu memiliki modelnya sendiri.
Indonesia
memiliki jalan yang beragam. Kuntowijoyo, memaparkan hasil bacaannya atas buku Social Origins of
Dictatorship and Democracy yang ditulis oleh Barington Moore,
menyebutkan bahwa terdapat banyak jalan menuju
industrialisasi, yaitu: revolusi borjuis, fasisme, komunisme dll.
Industrialisasi merupakan bagian
dari modernisasi. Ia
tidak dapat lepas darinya.
Tapi keduanya dapat
dibedakan. Industrialisasi dan modernisasi bisa berjalan bersamaan
atau berjalan sendiri-sendiri. Saluran telpon
beserta alat komunikasi lain dapat masuk ke desa terpencil meski tidak ada
usaha-usaha industri di sana.
Lalu bagaimana industrialisasi bisa
terwujud? Jawabannya adalah bahwa proses
itu dapat terwujud bila metode ilmu pengetahuan dan teknologi diterapkan di
masyarakat. Namun yang perlu diingat adalah bahwa terdapat unsur yang melekat
dan tidak dapat ditinggalkan dalam dunia industri yaitu usaha yang diprakarsai
oleh banyak orang yang menerapkan metode ilmu pengetahuan atau semangat ilmu
pengetahuan.
Industri sudah barang tentu dapat
mempengarui masyarakat. Oleh karenanya, terdapat gejala-gejala penting dalam masyarakat industri. Dalam hal
ini, Kuntiwijoyo mengungkapkan sejumlah gejala-gejala sesuai yang diungkapkan
oleh Raymon Aron. Gejala-gejala tersebut adalah: memanjangnya usia rata-rata, kenaikan
yang terus menerus dalam output nasional, rasionalisasi sosial–yang
akan menjadi fokus pembahasan dalam makalah ini-dan lain-lain.
Industri
mempunyai andil cukup besar dalam perubahan sebuah masyarakat yang menerimanya.
Ia tidak hanya membuat manusia bak mesin yang terorganisir rapih, tetapi di sisi lain dapat membuat
jarak antara mereka dengan tradisi mereka sendiri akibat peran tradisi yang
tergantikan oleh hubungan-hubungan yang sifatnya rasional, legal dan bersifat kontraktual.
Moralitas
baru yang dimiliki masyarakat industri lebih menekankan pada rasionalisme
ekonomi, hasil perorangan, dan
kesamaan yang merupakan ciri masyarakat industrial. Berbeda dengan masyarakat
dalam dunia pertanian, masyarakat agraris mengalami pembagian status yang jelas,
yaitu antara pemilik lahan dengan sang penggarap lahan itu. Dan perubahan kesadaran
masyarakat maupun perorangan merupakan syarat memasuki model masyarakat seperti
masyarakat industri atau yang lain.
Agama
yang mempunyai nilai-nilai agungnya sendiri melakukan upaya penaklukan
industrialisasi dan modernisasi yang dianggapnya sebagai momok yang mengancam
nilai-nilai itu. Sebut saja seperti sosialisme gospel, yaitu sebuah gerakan
sosialisme Kristen yang sudah lama berdiri sebagai jawaban menghadapi tantangan
modernisasi. Begitu pula Islam yang mendirikan
gerakan yang tidak jauh berbeda tetapi tentu dengan nilai luhurnya
masing-masing.
Perlu
ditegaskan bahwa pemakalah dalam tulisan ini memfokuskan pada tantangan
industrialisasi dalam konteks masyarakat pertiwi. Dimulai dari pembangungan
industri agraria yang sudah dibangun ketika pemerintah kolonial mengirim
tanaman ekspor dan komersial ke Indonesia.
Pada
zaman kolonial, masyarakat pribumi tidak mempunyai peluang besar dalam
mengembangkan usaha mereka. Hal ini ditengarahi oleh minimnya permodalan dan
nihilnya organisasi besar yang diperlukan. Ditambah lagi peranan terbesar dalam
transformasi ekonomi ada pada pemerintah kolonial dan swasta asing. Pun
demikian di saat Indonesia merdeka, tidak ada perubahan berarti kecuali adanya
nasionalisi terhadap usaha-usaha asing.
Kemerdekaan
menempatkan pemerintah dan swasta nonpri memegang peranan besar dalam industrialisasi.
Meski demikian bukan tanpa hambatan-hambatan. Apa yang Kuntowijoyo
sebut sebagai buruh kiri dan tani kiri merupakan tantangan bagi uasaha
pemerintah dalam bidang industri maupun perkebunan.
Aliansi antara pemerintah dan swasta
menjadikan swasta mendapatkan perlindungan yang cukup untung membendung usaha kesamaan
oleh para tenaga kerja. Di sisi lain pemerintah
dengan aliansi itu mendapatkan keuntungan berupa modal sebagai penggerak
politik. Pasca kemerdekaan tahun 1965 muncul kelompok baru, yaitu kelompok
militer yang juga beraliansi dengan pemerintah serta swasta. Hal ini tentu saja
semakin memperjelas adanya ketidakberpihakan terhadap warga sipil dan pada
akhirnya politik ekonomi akan menggantikan budaya politik dalam percaturan
politik di Indonesia.
Konflik
industrialisasi dan umat Islam
Di
negara-negara yang masyarakat industrinya maju ada kecenderungan persamaan sosial
dan ketidaksamaannya menurun. Hal ini belum berlaku di negara Indonesia, hanya
berlaku bagi negara maju semisal Jepang dll.
Model
perkembangan industrialisasi dan politik luar negri tidak menjamin adanya hasil
yang sama dalam hal pembagian pendapatan yang di alami di negara lain yang
kemudian menciptakaan adanya kesamaan. Indonesia menurut Kuntowijoyo harus
memakai pola “revolusi dari atas” guna mencapai keadilan sosial ekonomi meski
tanpa menunggu proses demokrasi yang utuh sebagaimana negara maju. Dalam hal
ini kekuatan politik pemerintah dan the ruling elite sendiri yang
menentukan.
Sementara
umat Islam masih sebagai sebuah–seperti yang dikutip oleh Kuntowijoyo-strategic
group. Mereka masih menamakan dirinya sebagai non-class group dan berdiri di atas kepentingan
kelas-kelas sosial.
Kuntowijoyo
membuat gambaran hubungan antara umat,kekuatan sosial politik,kelas sosial dan
pemerintah dalam upaya perubahan sosial tanpa menimbulkan disintegrasi sosial
dan sistem di bawah ini:
Sebagai
pengendali tentu saja harus mempunyai kecermatan untuk mengawasi pelaku ekonomi
dan politik dalam masyarakat mulai dari tingkat daerah pusat sampai desa. Dan
umat Islam dalam kemampuannya memerankan pengendalian itu seyogyanya mendapat
perhatian besar dari berbagai pihak.
Hanya
tuhanmu yang tahu terhadap kebenaran!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar