BERBUAT KESALAHAN
MENURUT SIGMUND FREUD
Salah satu
fenomena yang terjadi dalam kehidupan manusia adalah berbuat kesalahan,
kesalahan dalam berbagai bentuknya ; salah tulis, salah ucap atau keseleo lidah,
salah memilih jalan, salah meletakkan barang, salah mengambil barang dan
kesalahan-kesalahan lain yang sering terjadi, entah itu diinginkan atau tidak. Mungkin kita berpikir bahwa
melakukan kesalahan tersebut adalah hal yang tidak terlalu berpengaruh dalam
kehidupan kita sehingga membahas tentang kesalahan itu tidaklah penting. Ketika
melihat orang melakukan kesalahan tersebut, mungkin kita berpikir itu
disebabkan pikirannya tidak fokus. Mungkin juga kita berpikir bahwa
kesalahan yang tertulis di atas itu sebagai hal yang lumrah dan mengatakan
bahwa agama mengampuni kesalahan-kesalahan sepele seperti itu. Dalam kesempatan
ini, sejenak kita hilangkan
pikiran bahwa membahas kesalahan tidaklah penting dan bahwa kesalahan adalah hal lumrah, serta mari kita sejenak
kembalikan agama ke baraknya.
Secara umum ada tiga penyebab berbuat kesalahan,
entah itu keseleo lidah, salah tulis, salah dengar dll, bagi orang normal,
yaitu :
a. Lelah
dan kesehatan terganggu
b. Terlalu
bersemangat
c. Konsentrasi terganggu
Kelelahan, kegembiraan yang berlebihan dan kebingungan menyebabkan
kehilangan perhatian atau konsentrasi yang diperlukan dalam bertindak. Rasa
sakit ringan atau perubahan kecil dalam peredaran darah pada organ inti sistem
saraf juga menyebabkan terjadinya kesalahan. Dalam hal ini Freud memberi contoh
profesor dalam kisah Fliegende Blatter yang lupa membawa payungnya dan memakai
topi yang salah karena terlalu
memikirkan tema bukunya yang sedang dia tulis.
Namun demikian, kondisi-kondisi yang disebutkan
itu tidaklah menjadi penyebab utama terjadinya kesalahan. Kita bisa menemukan
kesalahan-kesalahan yang dialami oleh orang yang dalam kondisi-kondisi di atas
bisa terjadi pada orang yang tidak mengalami gangguan psikofisiologis (terlalu senang, sedih, murung, depresi
dll.), karena faktanya ada hal yang tidak membutuhkan konsentrasi penuh yang
bisa dilakukan tanpa ada kesalahan, seperti orang yang membaca al-Qur’an dalam
waktu yang cukup lama tidak melakukan kesalahan baca walaupun konsentrasinya
sedang kabur atau sedang tidak fokus. Orang yang mahir menyetir mobil juga
tidak selalu berkonsentrasi penuh atas apa yang dilakukannya pada mobil yang
dikendarainya. Jadi, banyak hal yang bisa terjadi atau terlaksana secara
otomatis. Namun demikian, dengan melihat fakta-fakta tersebut bukan berarti
teori tentang penyebab-penyebab kesalahan yang disebutkan di atas salah
sepenuhnya. Ada mata rantai yang hilang yang bisa dijelaskan dengan bantuan
teori itu.
Selain karena tiga faktor di atas, kesalahan bisa
terjadi karena adanya pertukaran posisi kata dalam susunan kata atau hubungan
antara dua kata yang berlawanan. Ini terjadi dalam kasus keselo lidah seperti
kesalahan yang dilakukan petugas hotel ketika ditanya oleh penghuni kamar
“siapa itu?” dia mengatakan “The Lord, My Boy”, yang seharusnya diucapkan
adalah “The Boy, My Lord”. Begitu juga kesalahan yang dilakukan ketua parlemen
saat memberi sambutan dalam sebuah acara, dia mengatakan “Dengan ini saya
nyatakan sidang ditutup” padahal seharusnya dia mengatakan “Dengan ini saya
nyatakan sidang dibuka”. Jadi, hubungan antar kata juga memiliki arti penting
dalam merangsang terjadinya kesalahan.
Dalam kasus lain, kesalahan terjadi dalam penyebutan nama.
Seperti contoh situasi mental berikut ini : Si A jatuh cinta pada perempuan
yang tidak menerima cintanya yang bahkan menikah dengan si C, rekan bisnis si
A. walaupun si A mengenal si C dan mempunya hubungan bisnis, si A selalu lupa
dengan nama rekan bisnisnya itu, dia harus bertanya pada orang lain siapa
namanya saat harus menulis surat bisnos untuk si C. ini menunjukkkan bahwa si A
ingin menghapus nama si C dari ingatannya.
Nah, dari contoh itu kita bisa mengambil
kesimpulan bahwa kesalahan mempunyai makna. Contoh kasus ketua parlemen yang
mengatakan “ditutup”, yang seharusnya mengatakan “dibuka”, menunjukkan bahwa
sebenarnya dia ingin segera menutup rapat/sidang itu. Kasus lupa nama rekan
bisnis menunjukkan sebenarnya dia tidak ingin mengingat apapun tentang
laki-laki yang telah menikahi perempuan idolanya itu karena pengalaman pahit
yang dialaminya.
Kemudian, apakah makna yang terdapat dalam
kesalahan hanya terjadi pada keseleo lidah? Apakah cara pandang di atas bisa
diterapkan pada kesalahan-kesalahan yang lain? Freud memberi jawaban dengan
menunjukkan cerita Caesar dan Cleopatra yang ditulis George Bernard Shaw. Pada
bagian terakhir, ketika Caesar akan berangkat dia merasa ada sesuatu yang harus
dilakukannya tapi dia lupa. Akhirnya dia sadar telah lupa mengucapkan selamat
tinggal pada Cleopatra.
Padahal yang terjadi dalam sejarah bukan demikian. Yang terjadi adalah Caesar
mengatur keberangkatan Cleopatra ke Roma dan Cleopatra yang tinggal di kerajaan
itu melarikan diri dari kota itu ketika Caesar dibunuh oleh komplotan. Dengan
kesalahan kecil itu si penulis berusaha menunjukkan bahwa Caesar yang agung itu
tidak selalu mempunyai perasaan superior.
Selain contoh salah tulis itu, Freud mengemukakan kasus
salah tulis yang lain yang dilakukan oleh pembunuh berinisial H yang sangat mahir dan berhasil menyamar sebagai bakteriologis. Dia mendapat
kepercayaan dari institusi-institusi ilmiah untuk menangani pembiakan
kuman-kuman penyakit yang sangat berbahaya, dan dia menyalahgunakan kuman-kuman
itu untuk melenyapkan orang-orang di sekitarnya. Pada suatu hari, H mengeluh
pada seorang pengurus institusinya tentang pembiakan yang dikirim padanya,
tetapi dia melakukan salah tulis dalam suratnya. Dia tidak menulis “dalam
eksperiman-eksperimen saya pada tikus dan kelinci”, tetapi justru menulis
“dalam eksperimen-eksperimen saya pada manusia” dengan terang dan jelas. Kesalahan itu menarik perhatian para
dokter di institusi tersebut tetapi mereka tidak menarik kesimpulan apa pun
dari surat itu.
Kesalahan
tulis seperti itu menurut Freud jelas merupakan indikasi, tapi tidak menjadi
pembenaran, sebuah penyelidikan. Kesalahan itu
mengungkapkan bahwa orang tersebut dipenuhi pikiran menularkan kuman-kuman pada
manusia tetapi tidak menunjukkan kepastian apakah ada rencana jahat utnuk
menyakiti manusia atau hanya fantasi tanpa maksud mempraktikkannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar