Sabtu, 26 Oktober 2013

BERBUAT KESALAHAN MENURUT SIGMUND FREUD

BERBUAT KESALAHAN MENURUT SIGMUND FREUD
 Ihya' Ulumuddin


Salah satu fenomena yang terjadi dalam kehidupan manusia adalah berbuat kesalahan, kesalahan dalam berbagai bentuknya ; salah tulis, salah ucap atau keseleo lidah, salah memilih jalan, salah meletakkan barang, salah mengambil barang dan kesalahan-kesalahan lain yang sering terjadi, entah itu diinginkan atau tidak. Mungkin kita berpikir bahwa melakukan kesalahan tersebut adalah hal yang tidak terlalu berpengaruh dalam kehidupan kita sehingga membahas tentang kesalahan itu tidaklah penting. Ketika melihat orang melakukan kesalahan tersebut, mungkin kita berpikir itu disebabkan pikirannya tidak fokus. Mungkin juga kita berpikir bahwa kesalahan yang tertulis di atas itu sebagai hal yang lumrah dan mengatakan bahwa agama mengampuni kesalahan-kesalahan sepele seperti itu. Dalam kesempatan ini, sejenak kita hilangkan pikiran bahwa membahas kesalahan tidaklah penting dan bahwa kesalahan adalah hal lumrah, serta mari kita sejenak kembalikan agama ke baraknya.

Secara umum ada tiga penyebab berbuat kesalahan, entah itu keseleo lidah, salah tulis, salah dengar dll, bagi orang normal, yaitu :
a. Lelah dan kesehatan terganggu
b. Terlalu bersemangat
c. Konsentrasi terganggu
Kelelahan, kegembiraan yang berlebihan dan kebingungan menyebabkan kehilangan perhatian atau konsentrasi yang diperlukan dalam bertindak. Rasa sakit ringan atau perubahan kecil dalam peredaran darah pada organ inti sistem saraf juga menyebabkan terjadinya kesalahan. Dalam hal ini Freud memberi contoh profesor dalam kisah Fliegende Blatter yang lupa membawa payungnya dan memakai topi yang salah karena terlalu memikirkan tema bukunya yang sedang dia tulis.

Namun demikian, kondisi-kondisi yang disebutkan itu tidaklah menjadi penyebab utama terjadinya kesalahan. Kita bisa menemukan kesalahan-kesalahan yang dialami oleh orang yang dalam kondisi-kondisi di atas bisa terjadi pada orang yang tidak mengalami gangguan psikofisiologis (terlalu senang, sedih, murung, depresi dll.), karena faktanya ada hal yang tidak membutuhkan konsentrasi penuh yang bisa dilakukan tanpa ada kesalahan, seperti orang yang membaca al-Qur’an dalam waktu yang cukup lama tidak melakukan kesalahan baca walaupun konsentrasinya sedang kabur atau sedang tidak fokus. Orang yang mahir menyetir mobil juga tidak selalu berkonsentrasi penuh atas apa yang dilakukannya pada mobil yang dikendarainya. Jadi, banyak hal yang bisa terjadi atau terlaksana secara otomatis. Namun demikian, dengan melihat fakta-fakta tersebut bukan berarti teori tentang penyebab-penyebab kesalahan yang disebutkan di atas salah sepenuhnya. Ada mata rantai yang hilang yang bisa dijelaskan dengan bantuan teori itu.

Selain karena tiga faktor di atas, kesalahan bisa terjadi karena adanya pertukaran posisi kata dalam susunan kata atau hubungan antara dua kata yang berlawanan. Ini terjadi dalam kasus keselo lidah seperti kesalahan yang dilakukan petugas hotel ketika ditanya oleh penghuni kamar “siapa itu?” dia mengatakan “The Lord, My Boy”, yang seharusnya diucapkan adalah “The Boy, My Lord”. Begitu juga kesalahan yang dilakukan ketua parlemen saat memberi sambutan dalam sebuah acara, dia mengatakan “Dengan ini saya nyatakan sidang ditutup” padahal seharusnya dia mengatakan “Dengan ini saya nyatakan sidang dibuka”. Jadi, hubungan antar kata juga memiliki arti penting dalam merangsang terjadinya kesalahan.

Dalam kasus lain, kesalahan terjadi dalam penyebutan nama. Seperti contoh situasi mental berikut ini : Si A jatuh cinta pada perempuan yang tidak menerima cintanya yang bahkan menikah dengan si C, rekan bisnis si A. walaupun si A mengenal si C dan mempunya hubungan bisnis, si A selalu lupa dengan nama rekan bisnisnya itu, dia harus bertanya pada orang lain siapa namanya saat harus menulis surat bisnos untuk si C. ini menunjukkkan bahwa si A ingin menghapus nama si C dari ingatannya.

Nah, dari contoh itu kita bisa mengambil kesimpulan bahwa kesalahan mempunyai makna. Contoh kasus ketua parlemen yang mengatakan “ditutup”, yang seharusnya mengatakan “dibuka”, menunjukkan bahwa sebenarnya dia ingin segera menutup rapat/sidang itu. Kasus lupa nama rekan bisnis menunjukkan sebenarnya dia tidak ingin mengingat apapun tentang laki-laki yang telah menikahi perempuan idolanya itu karena pengalaman pahit yang dialaminya.

Kemudian, apakah makna yang terdapat dalam kesalahan hanya terjadi pada keseleo lidah? Apakah cara pandang di atas bisa diterapkan pada kesalahan-kesalahan yang lain? Freud memberi jawaban dengan menunjukkan cerita Caesar dan Cleopatra yang ditulis George Bernard Shaw. Pada bagian terakhir, ketika Caesar akan berangkat dia merasa ada sesuatu yang harus dilakukannya tapi dia lupa. Akhirnya dia sadar telah lupa mengucapkan selamat tinggal pada Cleopatra. Padahal yang terjadi dalam sejarah bukan demikian. Yang terjadi adalah Caesar mengatur keberangkatan Cleopatra ke Roma dan Cleopatra yang tinggal di kerajaan itu melarikan diri dari kota itu ketika Caesar dibunuh oleh komplotan. Dengan kesalahan kecil itu si penulis berusaha menunjukkan bahwa Caesar yang agung itu tidak selalu mempunyai perasaan superior.

Selain contoh salah tulis itu, Freud mengemukakan kasus salah tulis yang lain yang dilakukan oleh pembunuh berinisial  H yang sangat mahir dan berhasil menyamar sebagai bakteriologis. Dia mendapat kepercayaan dari institusi-institusi ilmiah untuk menangani pembiakan kuman-kuman penyakit yang sangat berbahaya, dan dia menyalahgunakan kuman-kuman itu untuk melenyapkan orang-orang di sekitarnya. Pada suatu hari, H mengeluh pada seorang pengurus institusinya tentang pembiakan yang dikirim padanya, tetapi dia melakukan salah tulis dalam suratnya. Dia tidak menulis “dalam eksperiman-eksperimen saya pada tikus dan kelinci”, tetapi justru menulis “dalam eksperimen-eksperimen saya pada manusia” dengan terang dan jelas. Kesalahan itu menarik perhatian para dokter di institusi tersebut tetapi mereka tidak menarik kesimpulan apa pun dari surat itu.

Kesalahan tulis seperti itu menurut Freud jelas merupakan indikasi, tapi tidak menjadi pembenaran, sebuah penyelidikan. Kesalahan itu mengungkapkan bahwa orang tersebut dipenuhi pikiran menularkan kuman-kuman pada manusia tetapi tidak menunjukkan kepastian apakah ada rencana jahat utnuk menyakiti manusia atau hanya fantasi tanpa maksud mempraktikkannya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar