Sabtu, 26 Oktober 2013

PERSPEKTIF Al-QUR’AN TENTANG TIDUR

PERSPEKTIF Al-QUR’AN TENTANG TIDUR 
Maftukhan

Setiap mahluk hidup yang ada di dunia ini  setiap hari menjalani dua fase yakni tidur dan terjaga. Tidur merupakan aktifitas yang cukup banyak  menghabiskan waktu manusia selama hidupnya. Kurang lebih sepertiga usia manusia dihabiskan hanya untuk tidur. Meskipun demikian tidak banyak ilmuwan yang melakukan penelitian tentang aktifitas manusia yang satu ini sehingga hasil penelitian terbaru tentang tidur hampir dapat dipastikan akan mendapatkan ruang dalam dunia penelitian. 
Beberapa pertanyaan yang terlontar dari tulisan ini adalah apa yang sebenarnya menyebabkan manusia tidur? Mengapa manusia harus tidur? Apa saja yang terjadi ketika sedang tidur? Apa tujuan tidur? Bagaimana pandangan Islam (al-Qur’an, al-Hadist, qaul/ pendapat  para ulama) terkait dengan masalah tidur?
Sebelum menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, ada baiknya kami memulainya dengan definisi tidur terlebih dahulu dilihat dari aspek kebahasaan baik bahasa Indonesia maupun bahasa Arab mengingat tema yang penulis pilih ini ada keterkaitan erat sekali dengan kedua bahasa ini, meskipun pada kenyataannya, aktifitas ini sering dilakukan oleh manusia dalam kesehariannya dan nampak sederhana arti dari ungkapan ini.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, tidur mempunyai beberapa arti dasar. Jika kata ini mengacu pada kata benda, ia berarti dalam keadaan berhenti baik badan maupun kesadarannya ditandai dengan terpejamnya mata. Namun apabila kata ini mengacu pada benda-benda yang kelihatan tak bergerak   seperti gunung dan sebagainya   maka ia mempunyai arti keadaan tidak aktif. Kata ini (tidur) juga dapat berfungsi sebagai kata kerja yang memiliki arti mengistirahatkan badan dan kesadaran.[1]
Banyak teori ilmiah yang mencoba menafsirkan penyebab manusia tidur, seperti teori kimiawi, teori hormon (melatonin), teori psikologi dan teori ruh. Masing-masing dari teori yang mengemuka pastinya telah menemukan relevansinya sendiri-sendiri dan akan semakin berkembang sesuai dengan penemuan dan uji materi yang telah dilaksanakan. Teori kimiawi misalnya pada awalnya hanya mengungkapkan bahwa tidur disebabkan menumpuknya sisa pembuangan dari proses perubahan pada otak. Sisa pembuangan ini dapat dibersihkan tubuh dengan tidur.
Teori ini dikemukakan oleh Ilya Ilyich Mechnikov (1845 – 1916),  seorang ahli biologi, zoologi dan fisiologi asal Rusia  seorang murid Louis Pasteur (1822-1895) ahli bakteri dan vaksinasi dari peracis pada akhir abad XIX. Selanjutnya ia menambahkan bahwa selama melakukan pekerjaan di siang hari, semua otot dan anggota tubuh beraktifitas sehingga mengakibatkan kadar asam tertentu pada darah meningkat sampai diluar kapasitas tubuh. Kemudian tubuh melenyapkannya dengan cara tidur.[2] 
Teori kimiawi lain, yakni teori auto toxemia mengatakan bahwa ketika tubuh melakukan aktifitas di siang hari, ia akan menghasilkan protogen, zat yang dapat menyebabkan dorongan kuat untuk tidur. Zat ini akan luruh dengan tidur melalui proses oksidasi (peristiwa pelepasan oksigen).  Teori ini kemudian berkembang menjadi beberapa versi antara lain auto-toxemia alkalikisme, teori kekebalan tubuh, dan teori-teori kimia abad kekikinian.[3]
Penganut melatonisme menganggap bahwa melatonin, yakni hormon yang dihasilkan kelenjar pineal (kelenjar yang  besarnya separuh biji kacang dan terletak ditengah otak) sangat mempengaruhi terjadinya tidur.  Hormon ini biasanya muncul pada waktu malam karena tergantung pada kegelapan. Semakin banyak hormon melatonin yang ada pada seseorang pada waktu malam, semakin banyak atau pulas pula tidur seseorang. Demikian pula sebaliknya semakin berkurang atau sedikitnya jumlah hormon ini pada diri seseorang, akan berakibat berkurangnya jam tidur dan  seseorang. 
Teori psikologi lebih menitik beratkan kondisi psikis seseorang. Menurut teori ini  apabila kondisi kejiwaan seseorang telah mengalami keletihan maka akan  menyebabkan ia  cepat tidur. Teori ini tentunya juga mengadopsi kerja maupun aktifitas yang telah dilakukan oleh seseorang dengan menggunakan fisik selama seharian. 
            Teori ruh yang banyak diyakini oleh para filosof dan agamawan  lebih menyoroti kepergian ruh sesorang sewaktu tidur. Ketika tubuh tidur, ruh meninggalkannya. Apabila ruh kembali  ke dalam tubuh, ia akan terbangun dari tidurnya. Peristiwa ini tidak tertangkap oleh pengalaman inderawi.  Selanjutnya ruh yang keluar dari tubuh orang tidur akan berwisata ke alam arwah.[4] Ada juga sebagian yang piknik dan menjalin hubungan dengan alam barzakh , tempat  ruh semua orang mati berada. Disana mereka saling berkomunikasi bahkan ada yang sampai bisa ngopi bareng dengan teman-teman lamanya yang telah meninggal. Inilah yang menyebabkan mimpi ketika tidur.
Lebih lanjut teori ini menjelaskan bahwa keadaan orang tidur sama sekali berbeda dengan yang terjaga. Orang tidur sedang berhubungan dengan semesta, sedangkan yang terjaga sedang berhubungan dengan kehidupan duniawi yang kongkrit. Orang tidur seperti orang mati hanya saja jantungnya masih berdenyut dan paru-parunya masih bernafas. Orang yang tidur sering kali bergerak mengubah posisi, meskipun tidak merasakan apa yang terjadi di sekelilingnya. Selain itu ia juga tidak merasakan perubahan waktu baik biologis maupun geografis.
Pertanyaan berikutnya adalah apa yang dialami dan yang terjadi ketika seseorang tidur? Berdasarkan hasil penelitian para ilmuwan dengan menggunakan alat gelombang elektris, tidur dapat di  bagi dalam beberapa fase atau babak[5] :
Fase pertama,
 fase antara terjaga dan tidur. Pada fase ini gelombang alpha tidak tampak dan digantikan gelombang kecil yang cepat geraknya. Pada fase ini kedua mata masih bergerak-gerak dan otot-otot menegang.
Fase kedua.
Fase ini ditandai dengan semakin membesarnya gelombang dan gerakan gelombang yang lebih cepat . Ketegangan otot semakin berkurang dan  gerakan mata mulai lamban, tenang bahkan diam. Pada saat inilah seseorang mengalami tidur yang sebenarnya. Fase ini merupakan fase yang mendominasi diantara fase-fase yang lain. Pada fase ini juga sering terjadi kondisi dimana seseorang sering membolak-balikkkan tubuhnya diatas  tempat tidurnya.
Fase ketiga.   
Pada fase ini tidur bertambah lelap, gelombang kian memanjang dan tinggi, namun lebih lambat dari semua gelombang pada fase sebelumnya. Pada fase ini gelombang delta menggantikan gelombang alpha dengan kecepatan 1-4/ detik dan muncul dengan kurang dari setengah kuantitas gelombang.
            Fase keempat
Kuantitas gelombang delta pada fase ini kian bertambah, bahkan melebihi setengah dari kuantitas yang ada. Kondisi tidur pada fase ini masih tergolong lelap.
Fase kelima
Pada fase ini tidak nampak adanya ketegangan pada otot-otot orang yang tidur. Gelombangnya kian mengecil dan cepat. Demikian pula gerakan mata juga kian cepat. Kemudian kembali ke fase kedua ketiga dan keempat. Siklus ini akan berlangsung sebanyak empat sampai lima putaran dalam semalam tergantung waktu yang dihabiskan oleh seseorang untuk tidur.
Ada lagi yang membagi tidur ke dalam enam tingkatan yang diberi label A, B, C, D, E, dan F. tingkat A menunjukkan tingkat tidur yang ringan, sedangkan tingkat berikutnya menunjukkan tingkat tidur yang semakin nyenyak.[6] Disamping itu para ilmuwan  juga membedakan ada dua jenis tidur yang khas yaitu;
1.      Tidur dengan gerakan mata cepat (rapid eye movement/ REM)
2.       Tidur dengan gerakan mata lambat (non rapid eye movement/ nREM)[7]

Adapun hal-hal yang mungkin dialami seseorang dalam tidurnya adalah[8]:
1.      Kesadaran Semu
Pada dasarnya, kesadaran semu merupakan mimpi yang dikira kenayataan. Mungkin saja dalam  penglihatannya ketika terjaga di waktu malam, seseorang seolah-olah melihat orang yang ia kenal baik dengan orang tersebut berdiri disamping empat tidurnya. Pagi harinya, ia sangat susah meyakinkan bahwa yang terjadi itu hanyalah mimpi semata
2. Mimpi Berbingkai
Dalam mimpi seseorang, ia bermimpi lagi. Mimpi ini tidak bersifat nubuwat, hanya saja bagi seseorang yang mengalaminya perlu lebih memperhatikan dan lebih memahami symbol-simbol yang terlihat dalam mimpi.
3.      Jatuh dan Tersentak
Segera setelah seseorang  tertidur, kadang ia merasa jatuh dari tempat tinggi. Sebenarnya hal ini merupakan masa transisi dari keadaan sadar menuju alam tidak sadar. Perasaan tersentak yang datang dengan tiba-tiba dan diikuti dengan terjaga merupakan hal yang biasa terjadi pada awal tidur. Sebenarnya hal ini bukanlah sebuah mimpi, akan tetapi terjadi kontraksi mendadak pada otot-otot tangan dan kaki, atau sering disebut sentakan myoclonic.  Lain halnya apabila seseorang telah terlelap dalam tidurnya dan bermimpi jatuh dari tempat yang tinggi. Mimpi ini menjadi symbol akan terjadinya penurunan kualitas hidup yang akan dialami oleh si pemimpi.
4.      Dikejar-kejar
Kadang-kadang dalam tidurnya, seseorang bermimpi dikejar-kejar oleh seseorang atau hewan buas. Dalam mimpinya ini ia tidak mampu berlari atau  bergerak. Hal ini juga terkait dengan otot-otot pada anggota tubuhnya sebagaimana terjadi ketika seseorang pada permulaan tidurnya jatuh dari tempat yang tinggi.
5.      Berjalan dan Berbicara ketika tidur (somnambulisme).
Berjalan dan berbicara ketika tidur yang dalam bahasa jawanya dikenal dengan ngelindur merupakan suatu upaya untuk menggambarkan suatu mimpi ke dalam tindakan. Kasus ini sering  terjadi pada anak-anak ketimbang orang dewasa. Pada orang dewasa, hal ini bisa terjadi apabila mereka bermimpi tentang sesuatu yang sangat menggembirakan atau bahkan sangat menyedihkan dan menakutkan. Luapan perasaan inilah yang terbawa kedalam bentuk tindakan.
6.      Apnea
Apnea adalah terhentinya pernafasan untuk sementara waktu. Kasus ini sering terjadi pada bayi yang baru lahir dan balita terlebih apabila bayi tersebut prematur. Apnea terjadi karena terganggunya koordinasi antara respon sadar dan respon refleks tubuh . kondisi ini bersifat sementara dan akan segera membaik atau normal kembali karena tubuh mempunyai mekanisme tersendiri yaitu pada saat seseorang menahan nafas, karbon dioksida di dalam darah kian bertambah, dan ini yang akan memancing system pernafasan untuk kembali bekerja. Apnea jarang terjadi pada orang dewasa.
7.      Telepati
Terkadang seseorang bermimpi dalam tidurnya bertemu dengan orang yang sudah lama tidak ia pikirkan. Bisa jadi pada saat yang bersamaan orang yang muncul dalam mimpi tersebut juga mengalami mimpi yang sama dengan yang sedang dialami oleh si pemimpi pertama. Biasanya kedua orang yang mengalami telepati ini memppunyai hubungan emosional yang sangat erat.
8.      Teleportasi
Teleportasi merupakan proyeksi astral sosok seseorang dari suatu tempat yang jauh ke sisi tempat tidur seseorang. Orang yang terlihat tersebut sangat nyata sehingga orang yang tidur melihat ada sosok yang berada disebelahnya. Penglihatan ini bisa jadi hanya sebuah mimpi atau kesadaran semu oleh orang yang mengalami kasus seperti ini. Biasanya orang-orang yang datang disebelah tempat tidur tersebut adalah orang-orang yang mempunyai hubungan batin sangat erat seperti ibu dan anaknya, dan terkadang yang muncul pada kasus teleportasi ini benar-benar orang yang tidak dikenal sama sekali.








[1] Dendy Sugono dkk, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat BahasaDepartemen Pendidikan Nasional), 2008, hal.1719
[2] Ahmad Syawqi Ibrahim, Keajaiban Tidur, terj.(Jakarta: Serambi), 2007. Hal.56
[3] Ibid. hal.56
[4] Ibid.hal.25-26
[5] Mengenai kelima fase dalam tidur ini dapat  dilihat dalam Ibid. hal.72-75. 
[6] Nerys dee, Memahami Mimpi, terj.(Yogyakarta: Lkis),2005.hal.20.
[7] Ibid. hal. 20
[8] Ibid. hal.29-37. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar