PERSPEKTIF
Al-QUR’AN TENTANG TIDUR
Maftukhan
Setiap mahluk
hidup yang ada di dunia ini setiap hari
menjalani dua fase yakni tidur dan terjaga. Tidur merupakan aktifitas yang
cukup banyak menghabiskan waktu manusia
selama hidupnya. Kurang lebih sepertiga usia manusia dihabiskan hanya untuk
tidur. Meskipun demikian tidak banyak ilmuwan yang melakukan penelitian tentang
aktifitas manusia yang satu ini sehingga hasil penelitian terbaru tentang tidur
hampir dapat dipastikan akan mendapatkan ruang dalam dunia penelitian.
Beberapa
pertanyaan yang terlontar dari tulisan ini adalah apa yang sebenarnya
menyebabkan manusia tidur? Mengapa manusia harus tidur? Apa saja yang terjadi
ketika sedang tidur? Apa tujuan tidur? Bagaimana pandangan Islam (al-Qur’an,
al-Hadist, qaul/ pendapat para ulama)
terkait dengan masalah tidur?
Sebelum
menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, ada baiknya kami memulainya dengan
definisi tidur terlebih dahulu dilihat dari aspek kebahasaan baik bahasa
Indonesia maupun bahasa Arab mengingat tema yang penulis pilih ini ada
keterkaitan erat sekali dengan kedua bahasa ini, meskipun pada kenyataannya,
aktifitas ini sering dilakukan oleh manusia dalam kesehariannya dan nampak
sederhana arti dari ungkapan ini.
Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia, tidur mempunyai beberapa arti dasar. Jika kata ini
mengacu pada kata benda, ia berarti dalam keadaan berhenti baik badan maupun
kesadarannya ditandai dengan terpejamnya mata. Namun apabila kata ini mengacu
pada benda-benda yang kelihatan tak bergerak
seperti gunung dan sebagainya maka ia mempunyai arti keadaan tidak aktif. Kata
ini (tidur) juga dapat berfungsi sebagai kata kerja yang memiliki arti
mengistirahatkan badan dan kesadaran.[1]
Banyak teori
ilmiah yang mencoba menafsirkan penyebab manusia tidur, seperti teori kimiawi,
teori hormon (melatonin), teori psikologi dan teori ruh. Masing-masing dari
teori yang mengemuka pastinya telah menemukan relevansinya sendiri-sendiri dan
akan semakin berkembang sesuai dengan penemuan dan uji materi yang telah
dilaksanakan. Teori kimiawi misalnya pada awalnya hanya mengungkapkan bahwa
tidur disebabkan menumpuknya sisa pembuangan dari proses perubahan pada otak.
Sisa pembuangan ini dapat dibersihkan tubuh dengan tidur.
Teori ini
dikemukakan oleh Ilya Ilyich
Mechnikov (1845 – 1916), seorang
ahli biologi, zoologi dan fisiologi asal Rusia seorang murid Louis Pasteur (1822-1895) ahli
bakteri dan vaksinasi dari peracis pada akhir abad XIX. Selanjutnya ia
menambahkan bahwa selama melakukan pekerjaan di siang hari, semua otot dan
anggota tubuh beraktifitas sehingga mengakibatkan kadar asam tertentu pada darah
meningkat sampai diluar kapasitas tubuh. Kemudian tubuh melenyapkannya dengan
cara tidur.[2]
Teori kimiawi
lain, yakni teori auto toxemia mengatakan bahwa ketika tubuh melakukan
aktifitas di siang hari, ia akan menghasilkan protogen, zat yang dapat
menyebabkan dorongan kuat untuk tidur. Zat ini akan luruh dengan tidur melalui
proses oksidasi (peristiwa pelepasan oksigen). Teori ini kemudian berkembang menjadi beberapa
versi antara lain auto-toxemia alkalikisme, teori kekebalan tubuh, dan
teori-teori kimia abad kekikinian.[3]
Penganut
melatonisme menganggap bahwa melatonin, yakni hormon yang dihasilkan kelenjar
pineal (kelenjar yang besarnya separuh
biji kacang dan terletak ditengah otak) sangat mempengaruhi terjadinya tidur. Hormon ini biasanya muncul pada waktu malam
karena tergantung pada kegelapan. Semakin banyak hormon melatonin yang ada pada
seseorang pada waktu malam, semakin banyak atau pulas pula tidur seseorang.
Demikian pula sebaliknya semakin berkurang atau sedikitnya jumlah hormon ini
pada diri seseorang, akan berakibat berkurangnya jam tidur dan seseorang.
Teori
psikologi lebih menitik beratkan kondisi psikis seseorang. Menurut teori
ini apabila kondisi kejiwaan seseorang
telah mengalami keletihan maka akan
menyebabkan ia cepat tidur. Teori
ini tentunya juga mengadopsi kerja maupun aktifitas yang telah dilakukan oleh
seseorang dengan menggunakan fisik selama seharian.
Teori
ruh yang banyak diyakini oleh para filosof dan agamawan lebih menyoroti kepergian ruh sesorang
sewaktu tidur. Ketika tubuh tidur, ruh meninggalkannya. Apabila ruh
kembali ke dalam tubuh, ia akan
terbangun dari tidurnya. Peristiwa ini tidak tertangkap oleh pengalaman
inderawi. Selanjutnya ruh yang keluar
dari tubuh orang tidur akan berwisata ke alam arwah.[4]
Ada juga sebagian yang piknik dan menjalin hubungan dengan alam barzakh ,
tempat ruh semua orang mati berada.
Disana mereka saling berkomunikasi bahkan ada yang sampai bisa ngopi bareng
dengan teman-teman lamanya yang telah meninggal. Inilah yang menyebabkan mimpi
ketika tidur.
Lebih lanjut
teori ini menjelaskan bahwa keadaan orang tidur sama sekali berbeda dengan yang
terjaga. Orang tidur sedang berhubungan dengan semesta, sedangkan yang terjaga
sedang berhubungan dengan kehidupan duniawi yang kongkrit. Orang tidur seperti
orang mati hanya saja jantungnya masih berdenyut dan paru-parunya masih
bernafas. Orang yang tidur sering kali bergerak mengubah posisi, meskipun tidak
merasakan apa yang terjadi di sekelilingnya. Selain itu ia juga tidak merasakan
perubahan waktu baik biologis maupun geografis.
Pertanyaan
berikutnya adalah apa yang dialami dan yang terjadi ketika seseorang tidur? Berdasarkan
hasil penelitian para ilmuwan dengan menggunakan alat gelombang elektris, tidur
dapat di bagi dalam beberapa fase atau
babak[5]
:
Fase pertama,
fase antara terjaga dan tidur. Pada fase ini
gelombang alpha tidak tampak dan digantikan gelombang kecil yang cepat
geraknya. Pada fase ini kedua mata masih bergerak-gerak dan otot-otot menegang.
Fase kedua.
Fase ini
ditandai dengan semakin membesarnya gelombang dan gerakan gelombang yang lebih
cepat . Ketegangan otot semakin berkurang dan
gerakan mata mulai lamban, tenang bahkan diam. Pada saat inilah
seseorang mengalami tidur yang sebenarnya. Fase ini merupakan fase yang
mendominasi diantara fase-fase yang lain. Pada fase ini juga sering terjadi
kondisi dimana seseorang sering membolak-balikkkan tubuhnya diatas tempat tidurnya.
Fase
ketiga.
Pada fase ini
tidur bertambah lelap, gelombang kian memanjang dan tinggi, namun lebih lambat
dari semua gelombang pada fase sebelumnya. Pada fase ini gelombang delta menggantikan
gelombang alpha dengan kecepatan 1-4/ detik dan muncul dengan kurang
dari setengah kuantitas gelombang.
Fase
keempat
Kuantitas
gelombang delta pada fase ini kian bertambah, bahkan melebihi setengah
dari kuantitas yang ada. Kondisi tidur pada fase ini masih tergolong lelap.
Fase kelima
Pada fase ini tidak
nampak adanya ketegangan pada otot-otot orang yang tidur. Gelombangnya kian
mengecil dan cepat. Demikian pula gerakan mata juga kian cepat. Kemudian
kembali ke fase kedua ketiga dan keempat. Siklus ini akan berlangsung sebanyak
empat sampai lima putaran dalam semalam tergantung waktu yang dihabiskan oleh
seseorang untuk tidur.
Ada lagi yang
membagi tidur ke dalam enam tingkatan yang diberi label A, B, C, D, E, dan F.
tingkat A menunjukkan tingkat tidur yang ringan, sedangkan tingkat berikutnya
menunjukkan tingkat tidur yang semakin nyenyak.[6]
Disamping itu para ilmuwan juga
membedakan ada dua jenis tidur yang khas yaitu;
1.
Tidur dengan gerakan mata cepat (rapid
eye movement/ REM)
2.
Tidur dengan gerakan mata lambat (non rapid
eye movement/ nREM)[7]
Adapun hal-hal yang mungkin dialami seseorang
dalam tidurnya adalah[8]:
1.
Kesadaran Semu
Pada dasarnya, kesadaran semu merupakan mimpi yang dikira
kenayataan. Mungkin saja dalam
penglihatannya ketika terjaga di waktu malam, seseorang seolah-olah
melihat orang yang ia kenal baik dengan orang tersebut berdiri disamping empat
tidurnya. Pagi harinya, ia sangat susah meyakinkan bahwa yang terjadi itu
hanyalah mimpi semata
2. Mimpi Berbingkai
Dalam mimpi
seseorang, ia bermimpi lagi. Mimpi ini tidak bersifat nubuwat, hanya saja bagi
seseorang yang mengalaminya perlu lebih memperhatikan dan lebih memahami
symbol-simbol yang terlihat dalam mimpi.
3.
Jatuh dan Tersentak
Segera setelah
seseorang tertidur, kadang ia merasa
jatuh dari tempat tinggi. Sebenarnya hal ini merupakan masa transisi dari
keadaan sadar menuju alam tidak sadar. Perasaan tersentak yang datang dengan
tiba-tiba dan diikuti dengan terjaga merupakan hal yang biasa terjadi pada awal
tidur. Sebenarnya hal ini bukanlah sebuah mimpi, akan tetapi terjadi kontraksi
mendadak pada otot-otot tangan dan kaki, atau sering disebut sentakan myoclonic. Lain halnya apabila seseorang telah terlelap
dalam tidurnya dan bermimpi jatuh dari tempat yang tinggi. Mimpi ini menjadi
symbol akan terjadinya penurunan kualitas hidup yang akan dialami oleh si
pemimpi.
4.
Dikejar-kejar
Kadang-kadang
dalam tidurnya, seseorang bermimpi dikejar-kejar oleh seseorang atau hewan
buas. Dalam mimpinya ini ia tidak mampu berlari atau bergerak. Hal ini juga terkait dengan
otot-otot pada anggota tubuhnya sebagaimana terjadi ketika seseorang pada
permulaan tidurnya jatuh dari tempat yang tinggi.
5.
Berjalan dan Berbicara ketika tidur
(somnambulisme).
Berjalan dan
berbicara ketika tidur yang dalam bahasa jawanya dikenal dengan ngelindur
merupakan suatu upaya untuk menggambarkan suatu mimpi ke dalam tindakan. Kasus
ini sering terjadi pada anak-anak
ketimbang orang dewasa. Pada orang dewasa, hal ini bisa terjadi apabila mereka
bermimpi tentang sesuatu yang sangat menggembirakan atau bahkan sangat
menyedihkan dan menakutkan. Luapan perasaan inilah yang terbawa kedalam bentuk
tindakan.
6.
Apnea
Apnea adalah
terhentinya pernafasan untuk sementara waktu. Kasus ini sering terjadi pada
bayi yang baru lahir dan balita terlebih apabila bayi tersebut prematur. Apnea
terjadi karena terganggunya koordinasi antara respon sadar dan respon refleks
tubuh . kondisi ini bersifat sementara dan akan segera membaik atau normal
kembali karena tubuh mempunyai mekanisme tersendiri yaitu pada saat seseorang
menahan nafas, karbon dioksida di dalam darah kian bertambah, dan ini yang akan
memancing system pernafasan untuk kembali bekerja. Apnea jarang terjadi pada
orang dewasa.
7.
Telepati
Terkadang
seseorang bermimpi dalam tidurnya bertemu dengan orang yang sudah lama tidak ia
pikirkan. Bisa jadi pada saat yang bersamaan orang yang muncul dalam mimpi
tersebut juga mengalami mimpi yang sama dengan yang sedang dialami oleh si
pemimpi pertama. Biasanya kedua orang yang mengalami telepati ini memppunyai
hubungan emosional yang sangat erat.
8.
Teleportasi
Teleportasi
merupakan proyeksi astral sosok seseorang dari suatu tempat yang jauh ke
sisi tempat tidur seseorang. Orang yang terlihat tersebut sangat nyata sehingga
orang yang tidur melihat ada sosok yang berada disebelahnya. Penglihatan ini
bisa jadi hanya sebuah mimpi atau kesadaran semu oleh orang yang mengalami
kasus seperti ini. Biasanya orang-orang yang datang disebelah tempat tidur
tersebut adalah orang-orang yang mempunyai hubungan batin sangat erat seperti
ibu dan anaknya, dan terkadang yang muncul pada kasus teleportasi ini
benar-benar orang yang tidak dikenal sama sekali.
[1]
Dendy
Sugono dkk, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat
BahasaDepartemen Pendidikan Nasional), 2008, hal.1719
Tidak ada komentar:
Posting Komentar