Jumat, 02 Mei 2014

Penafsiran Ayat-ayat Tidur (Bagian Pertama)

Penafsiran Ayat-ayat Tidur (Bagian Pertama)
Oleh;
Maftukhan

Setelah mengumpulkan dan mengelompokkan ayat-ayat yang kemungkinan terkait dengan masalah tidur, penulis melanjutkan penelitiannya dengan mulai menampilkan penafsiran para ulama (mufassirin)  terkait ayat-ayat tersebut. Para penafsir tersebut adalah Ibnu Jarir At-Thabari dan Ibnu katsir sebagai representasi dari madzhab tafsir bil ma’tsur serta Ar-razi dan Ibnu Al-‘Asyur yang mewakili madzhab tafsir bercorak ra’yu (tafsir bi ar-ra’yi). Agar lebih tersusun secara rapi, maka penulis membahas tentang ayat-ayat yang menggunakan kata nama-yanamu berikut derivasinya terlebih dahulu sesuai dengan urutan surat dalam mushaf. 

1.  Al-Baqarah ayat 255

   اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ لَا تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلَا نَوْمٌ

Ketika menjelaskan persoalan bahasa, At-Thabari dalam tafsirnya menjelaskan beberapa arti kata sinah diantaranya adalah endapan tidur yang masih mengganjal pada mata, rasa kantuk dan kondisi antara tidur dan terjaga. Pemaknaan ini tentunya berdasarkan pada periwayatan yang ia terima dari para ulama sebelumnya.  

Selain memberi penjelasan  terkait dengan kebahasaan, ia juga memaparkan bahwa  rasa kantuk (sinah) dan tidur (naum) akan menguasai dan mengalahkan pelakunya yang berakibat kehilangan kontrol diri dan berpikir normal. Oleh karenanya tidak mungkin bagi Allah, pemilik sekaligus penguasa dan pengatur langit, bumi beserta segala isinya dihinggapi kedua hal ini. Lebih lanjut, at-Thabari juga menjelaskan periwayatan hadis yang terkait dengan ayat ini, yakni cerita seputar persoalan atau petanyaan  yang dilontarkan oleh Musa AS mengenai Allah tidur.  

Hal senada juga dijelaskan oleh Ibnu Katsir, namun ia lebih cenderung dengan pendapat bahwa yang mempersoalkan tidur Allah bukanlah Musa AS, namun umatnya. Selain itu, ia juga menjelaskan bahwa ayat ini menegaskan kesempurnaan qayyumiyyah Allah SWT. Tidak dihinggapi rasa kantuk dan tidur merupakan bukti bahwa tidak ada kekurangan, cacat, kealpaan maupun kelalaian sedikitpun dari Allah SWT.  

Dari madzhab ar-ra’yi, Ar-Razi tidak membahas terlalu dalam ayat ini. Ia hanya membuat analogi bahwa apabila ada seorang yang mengurus anak kecil (jw; "momong") lalai, maka akan berakibat fatal. Apalagi Allah yang mengatur semua mahluk lebih tidak mungkin lagi apabila tertimpa kelalaian. Sementara Ibnu ‘Asyur lebih memperpanjang penafsirannya dibanding ar-Razi.        

Dalam at-Tahrir wa at-Tanwir, Ibnu ‘Asyur menjelaskan bahwa arti sinah adalah permulaan atau pemanasan menjelang tidur, sementara naum (tidur) adalah kondisi semakin melemahnya syaraf-syaraf pada otak akibat lelah pasca beraktifiasnya anggota tubuh, dan naiknya suhu badan akibat terjadinya proses pencernaan. Tidur bisa terjadi lebih cepat bila matahari telah terbenam dan suasana gelap. Pada saat inilah otak dan susunan syaraf-syaraf yang lain  beristirahat. Hal ini tentunya tidak menimpa pada Allah.  
   
2. Al-A’raf 97

أَفَأَمِنَ أَهْلُ الْقُرَى أَنْ يَأْتِيَهُمْ بَأْسُنَا بَيَاتًا وَهُمْ نَائِمُونَ

Tidak ada penjelasan mendalam mengenai ayat ini dalam tafsir At-Thabari. Demikian halnya Ibnu Katsir, Ar-Razi dan Ibnu ‘Asyur.

3. Al-Anfal  ayat 43

إِذْ يُرِيكَهُمُ اللَّهُ فِي مَنَامِكَ قَلِيلًا وَلَوْ أَرَاكَهُمْ كَثِيرًا لَفَشِلْتُمْ وَلَتَنَازَعْتُمْ فِي الْأَمْرِ وَلَكِنَّ اللَّهَ سَلَّمَ إِنَّهُ عَلِيمٌ بِذَاتِ الصُّدُورِ

Menurut At-Thabari ayat ini merupakan sumber motivasi bagi kaum muslimin yang akan menghadapi perang badar. Hati mereka yang masih minder menghadapi jumlah musuh yang begitu besar akhirnya tergerak dan bersemangat dalam menghadapi perang ini. Hal yang dalam alam nyata begitu besar dan tidak mampu dijangkau oleh panca indera kadang diperlihatkan ketika tidur.  Hal senada juga disampaikan oleh Ibnu Katsir, menurutnya  untuk meneguhkan kesiapan tentara Muslimin, Allah memberitahukan melalui mimpi beliau bahwa jumlah tentara kafir Quraisy yang akan dihadapi tidaklah banyak jumlahnya. 

Ar-Razi lebih mengamati dengan fenomena yang tidak sejujurnya ini. Jumlah yang banyak dikatakan oleh Rasulullah dengan sedikit, berarti dalam hal ini Rasulullah melakukan kebohongan dan itu mustahil bagi utusan Allah. Untuk hal ini Ar-Razi memberi penjelasan bahwa yang diperlihatkan oleh Allah kepada Nabi bukan jumlah keseluruhan tentara kafir Quraisy, namun hanya sebagian saja. Dengan demikian, Rasulullah tidak membuat kebohongan dan berbicara sesuai dengan fakta yang dilihatnya. 

Penafsiran Ar-Razi ini juga diperkuat oleh Ibnu ‘Ashur. Ia menuturkan bahwa dengan memperlihatkan tentara kafir dalam jumlah yang sedikit pada mimpi Rasulullah, pada hakikatnya justru Allah memberi pertolongan kepada kaum Muslimin agar hati mereka tidak goyah dalam menghadapi peperangan. Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa jumlah yang sedikit dalam mimpi tersebut merupakan simbol lemahnya tentara kuffar Quraisy, bukan jumlah mereka yang sedikit.      

4. Al-furqan 47

وَهُوَ الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ اللَّيْلَ لِبَاسًا وَالنَّوْمَ سُبَاتًا وَجَعَلَ النَّهَارَ نُشُورًا

Pada ayat ini, Semua mufassir diatas menjelaskan fungsi tidur  yang sama, yakni sebagai istirahat tubuh manusia. 

5. Ar-rum 23

وَمِنْ آَيَاتِهِ مَنَامُكُمْ بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَابْتِغَاؤُكُمْ مِنْ فَضْلِهِ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآَيَاتٍ لِقَوْمٍ يَسْمَعُونَ

Ketika menafsirkan ayat ini, At-Thabari menjelaskan bahwa termasuk bukti-bukti kebesaran Allah adalah menjadikan malam sebagai waktu untuk beristirahat (tidur) dan tidak berkatifitas.  Sementara Ibnu katsir memberi penjelasan bahwa fungsi tidur sebagai penghentian sementara dari aktifitas dan istirahat bisa terjadi pada waktu malam dan siang hari. Sementara untuk mencari penghidupan dan melanjutkan perjalanan waktunya adalah siang hari.   

Dari Madzhab ar-ra’yi, Ar-Razi menjelaskan bahwa arti manamukum billail wannahar   dalam ayat ini bisa berarti tidur pada waktu malam dan siang. Dengan demikian ayat ini juga mengakomodir tidur qailulah yang biasa dilakukan pada waktu siang.  Hal senada juga dilontarkan oleh Ibnu ‘Asyur. Ia mengatakan banyak di negara-negara yang suhunya panas, aktifitas banyak yang dilakukan pada waktu malam, sementara pada pertengahan siang, penduduknya tidur untuk beristirahat. Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa fenomena tidur merupakan hal yang menakjubkan karena dengan pola seperti mati ini justru kekuatan tubuh akan terasa fit kembali

Tidak ada komentar:

Posting Komentar